Sistem-Sistem Perencanaan Pemasaran
Sistem-SistemPerencanaan Pemasaran - Kami telah menjelaskan
perencanaan pemasaran strategis dan rencana-rencana pemasaran taktis pada
materi sebelumnya yang memandu tindakan. Beberapa lembaga mempersiapkan
rencana-rencana semacam ini dari waktu ke waktu namun mengabaikan untuk
mengadopsi sistem-sistem perencanaan formal. Mereka mengerti nilai dari
mempunyai suatu
http://kuinginbaca.blogspot.com/2016/12/sistem-sistem-perencanaan-pemasaran.html
rencana namun menolak prosedur-prosedur formal karena tidak
diperlukan atau terlalu sulit. Misalnya, seorang presiden universitas
menawarkan dasar-dasar pembenaran sebagai berikut:
1.
Para dekan dan pemimpin departemen tidak punya
waktu untuk menyusun rencana-rencana formal dan begitu pula administrasi puncak
tidak punya wkatu untuk membacanya.
2.
Sebagian besar kepala departemen tidak akan
mampu untuk merencanakan bahkan ketika mereka diminta. Mereka memimpin
departemen-departemennya karena mereka adalah para sarjana dan pemimpin dalam
bidang mereka bukan karena mereka manajer. Mereka mungkin menolak untuk membuat
rencana atau membuat rencana secara buruk dan ini akan ditoleransi sepanjang
mereka bekerja dengan baik dalam hal-hal lainnya.
3.
Para pemimpin departemen tidak akan menggunakan
rencana-rencana mereka. Rencana-rencana tersebut akan menjadi hiasan jendela
belaka, dibuat dan kemudian disimpan. Rencana-rencana tersebut bahkan mungkin
menjadi usang pada hari disusunnya dengan adanya perubahan-perubahan yang cepat
dalam pendidikan tinggi.
4.
Administrasi mempunyai rencana-rencana yang
sebaiknya dijaga kerahasiannya dari para pemimpin departemen karena mereka
mungkin merasa terancam. Para pemimpin departemen seharusnya tidak didorong
untuk mengusulkan pengharapan yang tidak relasitik dan nantinya akan ditolak
oleh presiden.
5.
Menerapkan sebuah sistem perencanaan formal dan
membuatnya berfungsi, akan membutuhkan biaya dan waktu yang terlalu banyak.
Meskipun kami mengakui validitas argumen-argumen tersebut, pengalaman
dari banyak sekolah dan perguruan tinggi menunjukkan bahwa perencanaan formal
dan sistem-sistem kontrol biasanya menguntungkan dan memperbaiki kinerja
lembaga. Perencanaan formal juga membantu lembaga tersebut untuk berkomunikasi
dengan publik-publiknya dan mempertahankan dukungan mereka.
Seorang konsultan pemasaran bekerja dengan administrator sekolah, ornag
tua, dan anggota jemaat untuk mendirikan dewan sekolah untuk mengembangkan
sebuah rencana tertulis jangka panjang. Dengan sebuah pemahaman yang jelas
mengenai sumber-sumbernya, masalah-masalahnya, dan peluang-peluangnya. Sekolah
tersebut pertama-tama mengambil langkah untuk menentramkan jemaat mengenai
stabilitas jangka panjang sekolah tersebut.
Dalam kasus ini, perencanaan formal membantu memandu lembaga tersebut
dan memenuhi kebutuhan pasar dan publk sekolah juga. Proses perencanaan memberi
sekolah tersebut dengan suatu rasa keyakinan yang meningkat dan laporan
mengenai rencana untuk meningkatkan stabilitas melalui menghitung rumor-rumor.
Para orang tua dapat mengetahui kinerja sekolah tersebut dari tahun ke tahun.
Sekolah itu kemudian bergerak maju dengan menambahkan kelas-kelas pra sekolah
untuk memenuhi kebutuhan yang diungkapkan dan membangun suatu “sistem umpan” (feeder system) ke dalam tingkat sekolah
dasar. Dengan citra stabilitas dan tindakan yang dibangun denagan baik, sekolah
tersebut mampu menambah jumlah siswanya dalam setiap kelas sampai kapasitas
penuh dan hutang jemaah terlunasi.
Langkah perencanaan mengharuskan lembaga tersebut mengidentifikasikan
peluang pemasaran yang menarik, mengembangkan strategi-strategi pemasaran yang
efektif, dan membangun program-program tindakan yang terperinci. Langkah kedua
melibatkan pelaksanaan implementasi program-program tindakan yang tertulis
dalam rencana pemasaran tersebut. Langkah ketiga meminta aktivitas kontrol
pemasaran untuk memastikan bahwa sasaran-sasarang sedang dicapai. Kontrol
pemasaran meliputi mengukur hasil-hasil, menganalisa penyebab-penyebab dari
hasil yang buruk, dan mengambil tindakan-tindakan koreksi penyesuaian dalam
rencana tersebut, implementasi atau keduanya.
Lembaga-lembaga pendidikan bergerak ke arah perencanaan strategis ketika
administrasi menyadari bahwa rencana-rencana tahunan adalah masuk akal hanya
dalam konteks suatu rencana jangka panjang. Kenyataannya yang pertama harus ada
adalah rencana jangka panjang dan rencana tahunannya menjadi suatu versi
terperinci dari tahun pertama pada rencana jangka panjang tersebut. Rencana
jangka panjang tersebut didasarkan pada asumsi mengenai lembaga tersebut dan
lingkungannya akan berubah secara terus-menerus. Oleh karena itu sebuah rencana
jangka panjang tidak dapat statis dan harus disusun ulang setiap tahunnya (rolling planing).
Copyright 2016. Kuingin Baca Blog |
Pada
tingkat ini, berbagai macama rencana mulai mengambil sebuah karakter yang lebih
strategis. Lembaga yang sedang memulai perencanaan jangka panjang seringkali berasumsi
bahwa masa depan akan menjadi suatu kelanjutan dari masa sekarang dan bahwa
strategi-strategi, struktur kelembagaan, dan prosedur-prosedur yang ada
sekarang akan masih tepat atau sesuai. Pada akhirnya administrasi melihat bahwa
lingkungannya adalah penuh dengan berbagai kemungkinan bukan kepastian dan
bahwa pemikiran strategis yang lebih luas dibutuhkan. Format perencanaan
tersebut kemudian di desain kembali agar merangsang para administrator untuk
merenungkan dan mngevaluasi strategi-strategi alternatif yang akan memperbaiki
kinerja lembaga tersebut.
Para
administrator kemudian diminta untuk membuat contingency plan’s (rencana-rencana kemungkinan) yang memerlihatkan
bagaimana mereka akan merespon terhadap peluang-peluang dan ancaman utama
tertentu. Lembaga tersebut harus memikirkan kemungkinan-kemungkinan tersebut
secara serius dan siap untuk mengambil tindakan jika sistem kontrol pemasaran
memberi isyarat adanya suatu masalah. Universitas Height telah mengalami
kemunduran dalam jumlah siswanya dan usaha penggalangan dana serta akan perlu
mengadaptasikan rencana-rencananya terhadap keadaan-keadaan yang berubah.
Pembuatan rencana-rencana kemungkinan untuk membantu lembaga tersebut merespon
dan beradaptasi terhadap lingkungannya, menandakan munculnya budaya perencanaan
strategi yang nyata dalam lembaga tersebut.
Ketika
lembaga tersebut memperoleh pengalaman dalam hal perencanaan, format-format
rencana seringkali distandardisasi untuk memungkinkan perbandingan yang lebih
berarti diantara unit-unit yang serupa. Ketika budaya perencanaan dominan dalam
lembaga tersebut, perbaikan-perbaikan selanjutnya diperkenalkan. Para
administrator menerima pelatihan dalam analisis keuangan dan diharuskan
mempertahankan atau menegaskan rekomendasi-rekomendasi mereka, tidak hanya dalm
hal jumlah siswa baru, donasi-donasi, dan sebagainya namun juga berkenaan
dengan ukuran-ukuran keuangan seperti cost
benefit (keuntungan biaya) atau cost
effectiveness dari sebuah aktivitas. Ketika tidak tersedia ukuran-ukuran
keuangan yang jelas, para administrator pendidikan dapat mengembangkan
ukuran-ukuran pengganti termasuk “shadow
price” (harga bayangan) untuk memandu mereka dalam mengalokasikan
sumber-sumber lembaga tersebut.
Model-model
perencanaan berbasis komputer dapat dikembangkan untuk membantu para
administrator memeriksa hasil-hasil dari rencana-rencana pemasaran alternatif
dan lingkungannya. Beberapa lembaga telah mengembangkan model-model komputer
yang canggih. Semakin banyak sekolah yang menggunakan spreadsheets pada komputer-komputer personalnya untuk
mempertimbangkan arah tindakan alternatif dan mengevaluasi trade off (pertukaran) diantara berbagai macam kebijakan dalam
batasan-batasan yang ditentukan si pemakainya dalam hal sumber-sumber dan
pilihan. Agar bermanfaat model tersebut harus merefleksikan kebijakan-kebijakan
dan praktik-praktik lembaga tersebut, teori kelembagaannya dalam sekumpulan
asumsi-asumsi.
sumber:
Daryanto. 2011. Sari Kuliah: Manajemen Pemasaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
No comments:
Post a Comment
Kami mengharapkan saran maupun kritik yang membangun blog kami. Dilarang SARA dan kata-kata yang tidak pantas :)