Berpikir adalah “memanipulasi” dan mentrandformasi informasi
di dalam memori yang sering dilakukan dalam bentuk menyusun konsep, menimbang
alasan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan menyelesaikan
masalah.
A.
Penalaran
Penalaran (reasoning)
adalah pemikiran logis yang menggunakan logika induksi dan deduksi untuk
menghasilkan kesimpulan. Penalaran merupakan proses berpikir yang berasal dari
pengamatan indera (pengamatan empiric) untuk menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian.
Proses menalar dimulai
dengan pengamatan sejenis yang akan membentuk sejumlah proposisi yang
sejenis, berdasarkan sejumlah proporsi yang sudah diketahui atau dianggap
benar. Orang menyimpulkan proposisi baru yang belum diketahui. Dalam penalaran,
proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan
hasil kemampuannya disebut dengan konklusi.
1.
Pendekatan
deduksi. Pendekatan deduksi (deductive
approach), a priori knowledge, atau
top-down approach adalah pendekatan
yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat
premis umum yang sudah ada. Dalam sistem deduksi yang kompleks, peneliti dapat
menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduksi sering digambarkan sebagai
pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going from the general to the specific).
2.
Pendekatan
induksi. Pendekatan induksi, posteriori
knowledge, atau bottom up approach
adalah pendekatan yang menggunakan logika berdasarkan satu pengamatan spesifik,
lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut ke kesimpulan umum (going from the specific to the general).
B.
Mindfulness
Mindfulness adalah kesiagaan
mental, kehadiran mental, dan kognisi fleksibel yang terus-menerus berlangsung
dalam aktivitas dan tugas keseharian. Murid yang mindful akan terus memelihara kesiagaan aktif dalam keadaan dan
kondisi kehidupannya. Mindfulness
dapat menghasilkan ide baru, terbuka terhadap informasi baru, dan memerhatikan
lebih dari satu perspektif.
C.
Analogi
Analogi adalah hubungan (korespondensi) kemiripan beberapa hal di antara
hal-hal yang berbeda.
D.
Pemikiran Kritis
Pemikiran kritis adalah seni untuk menganalisis dan mengevaluasi
pemikiran untuk meningkatkan mutu proses dan hasilnya. Pemikiran kritis
berfokus pada pemikiran refleksi, produksi, dan evaluasi fakta dan bukti yang
ada. Kunci pemikiran kritis adalah mindfulness,
yaitu kesiagaan berpikir analisis dan evaluatif. Praksis pemikiran kritis di
sekolah:
1.
Jangan menanyakan apa yang terjadi, tetapi
tanyakan “bagaimana” dan “mengapa”.
2.
Berdebatlah dengan melalui pemikiran dan bukan
melalui perasaan.
3.
Perhatikanlah fakta untuk menentukan bukti yang
mendukungnya.
4.
Kenali bahwa adakalanya terdapat beberapa
penjelasan dan jawaban yang baik.
5.
Bandingkan berbagai jawaban yang bervariasi
untuk menjawab dan memberikan pertimbangan.
6.
Evaluasilah kemungkinan untuk mempertanyakan apa
yang dikatakan orang pada umumnya, bukan dengan segera menerimanya sebagai
kebenaran.
7.
Tanyakan dengan berspekulasi tentang apa yang
sudah dipahami. Pertanyaan ini penting untuk menciptakan ide baru dan informasi
baru.
Daniel Parkins dan Sarah Tishman bekerja sama dengan
para guru untuk memasukkan pembelajaran pemikiran kritis di kelas. Beberapa
pembelajaran dengan pemikiran kritis dapat digunakan di dalam kelas:
1.
Mengajarkan open
minded.
2.
Mendorong rasa ingin tahu intelektual.
3.
Bekerja sama untuk menyusun perencanaan dan
strategi.
4.
Mendorong dan mengecek ketidakakuratan dan
kesalahan (kehati-hatian intelektual).
Elaboration Problem Solving |
E.
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah mengevaluasi alternative dan membuat
keputusan di Antara alternative-alternatif tersebut. Terdapat bias dan
kelemahan dalam pengambilan keputusan, yang jenisnya:
1.
Confirmation
bias, yaitu bias keputusan karena kecerendungan kita menggunakan informasi
dalam mendukung ide kita dibandingkan ide yang menyangkal ide tersebut.
2.
Belief
perseverance, yaitu bias keputusan karena mempertahankan pendapat dengan
berpegang pada keyakinan tertentu bila dihadapkan pada bukti yang bertentangan.
3.
Overconfidence
bias, yaitu bias keputusan karena percaya diri yang berlebihan dalam
penilaian keputusan. Bias ini berdasarkan pada probabilitas atau pengalaman
yang kita miliki di masa lalu.
4.
Hindsight
bias, yaitu bias keputusan karena laporan keliru. Setelah fakta terjadi
kita menyebutnya kejadian yang diprediksi secara akurat. Bias ke belakang dapat
menyebabkan distorsi rekonstruksi memori dan konten yang mengarah pada hasil
teoritis palsu. Bias ke belakang ini dikenal dengan knew it all along effect or creeping determinism.
5.
Ketersediaan
heuristic. Heuristic adalah
kaidah praktis yang mengacu pada penemuan pengalaman berbasis teknik untuk
pemecahan masalah yang dapat menunjukkan solusi masalah tetapi tidak bisa
dipastikan keberhasilannya. Metode heuristik digunakan untuk mempercepat proses
pencarian solusi melalui jalan pintas mental untuk meringankan beban kognisi
ketika membuat keputusan. Metode ini meliputi penggunaan aturan praktis,
tebakan, penilaian intuitif, streotip, atau akal sehat yang sudah didapatkan.
6.
Keterwakilan
heuristik. Kita membuat keputusan yang salah karena berdasarkan pada
seberapa sesuai dengan prototype yang paling umum atau representative
berdasarkan pada relevansinya yang sesuai dengan situasi tertentu.
F.
Pemikiran Kreatif
Kreatvitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi
baru berdasarkan data fakta, informasi, atau unsur yang ada (Utami, 1990).
Berdasarkan penelitiannya, Rockler (1988) menjelaskan bahwa kreatifitas
merupakan sarana bagi orang untuk memiliki perspektif baru, yang hasilnya
adalah membawa sesuatu yang baru ke kesadaran orang itu. (creativity is a means by which a person obtains a new perspective and
as a result, brings something new to consciousness).
Csikszentmihalyi menyebutkan bahwa kreatifitas adalah
segala tindakan atau hasil yang berbeda dari domain yang ada atau
mentransformasikan domain yang ada ke sesuatu yang baru (creativity is any act, or product that changes an existing domain or
that transforms an existing domain inti a new one). Sedangkan definisi
orang kreatif adalah seseorang yang memiliki pengetahuan atau tindakan yang
mengubah atau membangun domain baru (someone
whose thoughts or actions change a domain or establish a new domain)
(Csikszentmihalyi, 1996).
Menurut Robert Stenberg, kreatifitas adalah kemampuan
untuk berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tidak biasa yang memberikan
solusi unik atas masalah tertentu. J. P. Guilford membedakan antara dua pemikiran,
yaitu: convergent thinking untuk
menghasilkan jawaban benar dan ini merupakan karakteristik jenis pemikiran yang
dibutuhkan untuk tes kecerdasan konvensional. Sedangkan divergent thinking adalah untuk menghasilkan banyak jawaban bagi
pertanyaan yang sama dan berkarakteristik lebih kreatif.
Sumber:
Tung, K. Y. 2015. Pembelajaran
dan Perkembangan Belajar. Jakarta: Indeks.
No comments:
Post a Comment
Kami mengharapkan saran maupun kritik yang membangun blog kami. Dilarang SARA dan kata-kata yang tidak pantas :)