Mengembangkan Komunikasi Pemasaran yang Efektif - Dalam mengembangkan komunikasi pemasaran yang efektif,
komunikator harus melakukan sebagai berikut.
A.
Identifikasi Audiens Sasaran
Proses komunikasi pemasaran mesti diawali
dengan pendefinisisan yang jelas dan tegas tentang audiens sasaran. Misalnya,
pesan tertentu akan ditujukan pada: pembeli potensial produk perusahaan,
pemakai, pengambil keputusan (decider)
atau pembawa pengaruh (influencer).
Bisa berupa kelompok, individu, publik tertentu atau publik secara umum.
Audiens sasaran sangat memengaruhi keputusan komunikator tentang what, how, when, where, whom pesan akan
disampaikan.
1.
Benefit
yang Diinginkan Konsumen
Komunikator harus juga memperhatikan
benefit apa sajakah yang diinginkan oleh konsumen dalam memilij sebuah produk.
Selain pembagian hierarki Maslow, kebutuhan konsumen dapat diklasifikasikan
sebagai kebutuhan utilitarian dan hedonis.
Kebutuhan utilitasian lebih tertuju pada
benefit yang praktis. Misalnya keawetan mobil, computer murah, atau koper yang
menampung banyak pakaian. Kebutuhan jenis ini ditandai dengan atribut
fungsional produk (keawetan, nilai ekonomis, kapasitas) yang menentukan
performa produk.
Sementara itu, kebutuhan hedonis lebih
mengutamakan sisi kesenangan dari sebuah produk. Biasanya dikaitkan dengan
emosi dan fantasi sebagai dampak pengkonsumsian produk dengan demikian
kebutuhan hedonis lebih bersifat eksperiensial.
Kriteria benefit adalah faktor-faktor
yang dianggap penting oleh konsumen dalam menentukan pilihan pada merek
tertentu. Misanya, seseorang membeli mobil karena menimbang nilai ekonomis dan
kehandalan servisnya namun orang yang lain menilai performa, kenyamanan,
styling, dan keamanan mobil. Sehingga pemasar dapat membuat segmentasi berdasar
benefit yang sekiranya dirasakan oleh konsumen.
2.
Analisis Citra
Bagian penting dalam identifikasi audiens
adalah melakukan pengukuran citra perusahaan, produk-produknya, dan para
pesaingnya. Citra atau image dapat
didefinisikan sebagai seperangkat keyakinan, gagasan dan kesan yang dianut seseorang
tentang sebuah obyek. Sikap dan tindakan seseorang terhadap obyek akan sangat
bergantung pada citra obyek tersebut.
Pertama kali dapat diukur pengetahuan
audiens sasaran terhadap obyek dengan skala familiaritas:
Tidak Pernah Mendengar
|
Mendengar Sedikit
|
Sedikit Tahu
|
Lumayan Tahu
|
Tahu Banyak
|
Misalnya sebagian besar responden memilih nomor satu dan dua
maka tantangan pemasar disini adalah membangun awareness. Responden yang mengenal produk tersebut dapat ditanyai
lebih lanjut bagaimana perasaan mereka tentang produk dengan menggunakan skala
favorabilitas:
Sangat Tidak Menyukai
|
Kurang Menyukai
|
Tidak Peduli
|
Cukup Menyukai
|
Sangat Menyukai
|
Apabila kebanyakan responden memilih dua
jawaban pertama maka itu berarti perusahaan harus mengatasi dahulu masalah
citra perusahaan yang bersifat negatif. Kedua skala tersebut dapat
dikombinasikan agar dapat diketahui lebih lanjut masalah komunikasi apa yang
harus diatasi.
Tabel Reputasi Citra Perusahaan |
Posisi A menunjukkan bahwa perusahaan harus
membuat program komunikasi untuk mempertahankan reputasi dan awareness yang tinggi. Posisi B
perusahaan harus membuat program komunikasi untuk meningkatkan awareness. Akan tetapi, posisi C
perusahaan harus mencari tahu kenapa konsumen kurang menyukai produknya dan
berupaya memperbaiki mutu serta untuk sementara low profile. Posisi D perusahaan harus low profile, meningkatkan kualitas, kemudian merancang komunikasi
guna mencari perhatian publik.
Setelah
dilakukan analisis familiaritas-favorabilitas
pemasar perlu untuk meneliti kandungan spesifik citra produk dan perusahaannya.
Alat yang paling umum adalah semantic
differential yang mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Menentukan ukuran yang relevan: responden dapat
diminta untuk mengidentifikasi ukuran yang mereka pakai dalam menilai obyek.
b.
Memilih ukuran yang betul-betul relevan. Jumlah
ukuran mesti dibuat tetap sedikit agar tidak membuat lelah responden. Ada tiga
skala yang bisa digunakan:
-
Skala evaluasi (bagus – jelek).
-
Skala potensi (kuat – lemah).
-
Skala aktivitas (aktif – pasif).
c.
Melakukan penelitian pada sampel responden. Bipolar adjective harus dibuat secara
acak agar adjective yang negatif
tidak berada pada satu sisi.
d.
Menghitung rata-rata.
e.
Memeriksa variasi citra, karena garis citra
merupakan garis rata-rata maka garis tersebut tidak mengungkapkan variasi
tentang citra tertentu.
B.
Menentukan Tujuan Komunikasi
Setelah pasar sasaran dan persepsinya
dipahami, komunikator pemasaran harus merumuskan respon audiens yang
diinginkan. Pemasar mungkin hanya ingin menempatkan pesannya dalam benak
konsumen (kognitif), mengubah sikap (afektif), atau mendorongnya untuk berbuat
sesuatu (perilaku).
Semua model tersebut berasumsi bahwa
konsumen melalui tahapan-tahapan kognitif, afektif, dan perilaku. Urutan
pertama, “tahu – merasa – berbuat” paling cocok ketika keterlibatan konsumen
tinggi terhadap produk yang dipersepsikan memiliki diferensiasi yang tinggi,
misalnya produk otomotif. Urutan kedua, “berbuat – merasa – tahu” lebih relevan
ketika konsumen memiliki keterlibatan tinggi tetapi mempersepsikan hanya
sedikit atau tidak ada diferensiasi dalam kategori produk tersebut, misalnya
untuk produk papan alumunium. Urutan ketiga, “tahu – berbuat – merasa” lebih
cocok jika konsumen memiliki keterlibatan rendah dan mempersepsikan sedikit
diferensiasi dalam kategori tersebut, seperti pada saat konsumen membeli produk
keperluan dapur.
Tabel Tahapan Model Komunikasi |
Ilustrasi
berikut ini diasumsikan bahwa pembeli memiliki keterlibatan yang tinggi
terhadap kategori produk dan mempersepsikan adanya diferensiasi yang tinggi
pula dalam kategori tersebut. Ilustrasi ini menggambarkan model hierarki efek
(urutan pada kolom ke 2 pada tabel).
1)
Awareness:
jika sebagian besar audiens sasaran belum mengenal obyek maka tugas komunikator
adalah membangun awareness, mungkin
sekedar pengenalan nama dengan pesan sederhana yang diulang-ulang.
2)
Knowledge:
audiens sasaran mungkin punya product
awareness tetapi hanya sebatas itu saja sehingga komunikator bisa memilih product knowledge sebagai tujuan
komunikasinya.
3)
Liking:
jika audiens sudah tahu produk tersebut, komunikator perlu mengetahui bagaimana
perasaan mereka mengenai produk tersebut.
4)
Preference:
audiens sasaran mungkin menyukai produk itu namun tetap memilih merek lain. Dalam
hal ini komunikator bisa membangun preferensi konsumen dengan mempromosikan
kualitas, value, kinerja, dan
fitur-fitur lainnya. Komunikator mengecek keberhasilan kampanyenya dengan
mengukur preferensi audiens paska kampanyenya.
5)
Conviction:
audiens sasaran mungkin suka produk tertentu tetapi belum yakin akan
membelinya. Tugas komunikator adalah mencoba untuk meyakinkan audiens bahwa produk
tersebut merupakan pilihan terbaik mereka.
6)
Purchase:
akhirnya sebagian anggota audiens sasaran sudah memiliki keyakinan namun belum
tergerak untuk melakukan pembelian. Mereka barangkali masih menunggu lebih
banyak informasi atau berencana menunda. Tugas komunikator adalah mendorong
mereka untuk mengambil langkah terakhir, mungkin dengan menawarkan harga yang
lebih murah, insentif pembelian, atau membuat konsumen agar bersedia untuk
mencobanya (trial).
Dengan
kata lain, tujuan komunikasi adalah menginformasikan, mempengaruhi, dan
membujuk serta mengingatkan audiens sasaran tentang perusahaan dan bauran
pemasarannya. Secara rinci, ketiga tujuan promosi itu dijabarkan sebagai
berikut.
1)
Menginformasikan (informing) dapat berupa:
-
Menginformasikan pasar tentang keberadaan produk
baru.
-
Memperkenalkan cara pemakaian baru dari produk
tertentu.
-
Menyampaikan perubahan harga kepada pasar.
-
Menjelaskan cara kerja produk.
-
Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan
perusahaan.
-
Meluruskan kesan yang keliru.
2)
Memengaruhi dan membujuk (persuading) untuk:
-
Membentuk pilihan merek.
-
Mengalihkan pilihan ke merek tertentu.
-
Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut
tertentu.
-
Mendorong pembeli untuk membeli saat itu juga.
-
Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan
wiraniaga.
3)
Mengingatkan (reminding) dapat berupa:
-
Mengingatkan pembeli bahwa produk dibutuhkan
dalam waktu dekat.
-
Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat outlet penjualan.
-
Membuat pembeli tetap ingat walaupun tanpa ada
kampanye iklan.
-
Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada
produk perusahaan (top of mind).
Tujuan
promosi juga dapat dikategorikan sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut:
-
Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu
kebutuhan (category need).
-
Memperkenalkan dan memberi pemahaman tentang
suatu produk kepada konsumen (brand
awareness).
-
Mendorong pemilihan terhadap merek (brand attitude).
-
Membujuk pelanggan membeli (brand purchase intention).
-
Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran
lain (purchase facilitation).
-
Menanamkan citra produk dan perusahaan di benak
konsumen (positioning).
sumber:
Daryanto. 2011. Sari Kuliah: Manajemen Pemasaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
No comments:
Post a Comment
Kami mengharapkan saran maupun kritik yang membangun blog kami. Dilarang SARA dan kata-kata yang tidak pantas :)