Menilai Sumber-Sumber Lembaga
Menilai Sumber-Sumber Lembaga - Mengikuti analisis
lingkungan lembaga tersebut harus mengidentifikasi sumber-sumber utama yang
dipunyainya (kekuatan-kekuatannya) dan tidak dimilikinya
(kelemahan-kelemahannya). Beloit mengadakan suatu audit sumber yang berfokus
pada karyawan, uang, dan fasilitas-fasilitasnya. Audit tersebut menentukan
bahwa kualitas pengajaran adalah bagus namun perguruan tinggi tersebut offerstaffed (mempunyai staff yang
berlebihan). Posisi-posisi staf pengajar dipangkas sampai sepertiga. Situasi
keuangan Beloit bukanlah suatu kekuatan maupun kelemahannya yang jelas. Ukuran
perguruan tinggi yang kecil dan kampus yang menyenangkan tampaknya menjadi
kekuatan-kekuatan, tetapi lokasinya di Snowbelt dirasakan menjadi kelemahan.
Tentu saja, Beloit harus mempersiapkan sebuah daftar yang lebih ekstensif
mengenai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. Khususnya sekolah
tersebut harus mencari kompetensi-kompetensinya yang khusus, semua
sumber-sumber dan kemampuan dimana sekolah tersebut khususnya kuat, dan semua
kekuatan yang memberikannya suatu keuntungan yang berbeda (khusus) dalam
persaingannya.
a.
Merumuskan Misi dan Tujuan Lembaga
Analisis lingkungan dan sumber menyediakan
latar belakang dan stimulus untuk memikirkan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran
dasar lembaga tersebut. Ketika lingkungan berubah, administrasi puncak dan
dewan harus meninjau dan menilai kembali misi, tujuan-tujuan, dan
sasaran-sasaran dasar lembaga tersebut. Di beberapa sekolah, sebuah tinjauan
akan meyakinkan para partisipan dalam proses perencanaan tersebut bahwa
struktur tujuan yang sekarang akan tetap jelas, relevan, dan efektif.
Lembaga-lembaga yang lain akan mendapati tujuan-tujuan mereka jelas namun
berkurang ketepatannya untuk lingkungan dan situasi sumber yang baru dan
beberapa akan menemukan bahwa tujuan mereka tidak lagi jelas dan bahwa lembaga
tersebut menyimpang arahnya.
Proses perumusan
tujuan melibatkan penentuan. Pertama-tama misi lembaga tersebut. Kedua, tujuan
jangka panjang dan jangka pendek. Ketiga, apa sasaran-sasaran spesifik yang
sekarang.
Misi sebuah
lembaga pendidikan hadir untuk menyelesaikan tujuan misinya. Sebuah cara yang
bermanfaat untuk menyelidiki misi sekolah adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut:
1)
Apa fungsi kita di dalam masyarakat?
2)
Apa yang kita tawarkan?
3)
Siapa yang kita layani?
4)
Apa yang kita tawarkan kepada mereka yang kita
layani?
5)
Apa yang akan kita tawarkan?
6)
Apa yang seharusnya kita tawarkan?
Beloit
College telah mendefinisikan sebuah konsep khusus atau merek pendidikan jika
lembaga tersebut ingin menonjol. Perhatikan kemungkinan-kemungkinan berikut: Apakah
Beloit College menjalankan bisnis pelatihan intelektual sehingga para
mahasiswanya berpengatuan tinggi dan perspektif mengenai dunia tempat mereka
tinggal? Apakah lembaga ini menjalankan bisnis pertumbuhan personal, yang
bertujuan untuk membantu siswa-siswa mengembangkan kepribadian secara
intelektual, emosional, dan sosial? Apakah lembaga ini menjalankan bisnis
kesenangan dan permainan, menyediakan siswa dengan “waktu terbaik dalam
kehidupan mereka sebelum mereka menjadi dewasa? Setiap definisi menunjukkan
untuk setiap konsumen yang berbeda. Dengan demikin cara dalam memberikan nilai
kepada konsumen tersebut juga berbeda.
Beloit
mengubah pernyataan misinya dengan mencakup karier serta pelatihan intelektual.
Suatu kesadaran terhadap tersedianya pilihan-pilihan karier, bersama-sama
dengan keterampilan untuk mengejar pilihan-pilihan tersebut. Tujuan-tujuan
lembaga adalah variabel-variabel yang ditekankan oleh lembaga tersebut. Masing-masing
lembaga mempunyai sekumpulan tujuan-tujuan relevan yang potensial yang mana
akan diseleksi. Misalnya, sebuah perguruan tinggi mungkintertarik dalam
meningkatkan reputasi nasionalnya, menarik siswa-siswa dan sebagainya. Sebuah perguruan
tinggi tidak dapat mengejar semua tujuan tersebut secara serentak dan sukses,
lembaga tersebut harus memilih untuk menekankan tujuan-tujuan tertentu. Misalnya,
jika jumlah siswa Beloit menurun, lembaga tersebut kemungkinan akan menjadikan
tujuan peningkatan jumlah siswa sebagai prioritas utama.
Berikutnya,
tujuan-tujuan lembaga tersebut untuk tahun-tahun mendatang harus dikemukakan
dalam bentuk operasional dan dapat diukur, yang disebut sasaran-sasaran. Tujuan
peningkatan jumlah siswa harus diubah menjadi sasaran seperti “meningkatkan
jumlah siswa pada kelas tahun ajaran berikutnya sebesar 15 persen”. Biasanya,
lembaga tersebut akan mengevaluasi sejumlah besar sasaran potensial untuk
menentukan konsistensi dan prioritasnya sebelum mengadopsi sekumpulan sasaran
final.
b.
Merumuskan dan Mengimplementasikan Strategi
Perencanaan strategis berkulminasi dalam
suatu strategi keseluruhan untuk lembaga tersebut atau unit perencanaan
(departemen, program, dan sebagainya). Sebuah strategi kelembagaan mencakup
keputusan-keputusan mengenai program-program yang sekarang (apakah dipertahankan,
dibangun, atau dihentikan) dan mengenai program-program baru di masa depan
serta peluang-peluang pasar.
Universitas Heights memutuskan untuk
mengambil langkah-langkah guna mempertinggi kualitas dan status lembaga
keseluruhan. Sementara itu, Beloit College memutuskan untuk mempertahankan
komitmennya terhadap ilmu-ilmu budaya sambil membantu siswa memperoleh
keterampilan-keterampilan yang hubungan dengan karier. Lembaga tersebut juga
harus mengembangkan strategi-strategi untuk pemilihan pasar-pasar target untuk
penempatan posisi lembaga tersebut dan untuk menghadapi persaingan.
Strategi-strategi bukanlah inspirasi
semata atau ide-ide yang cemerlang. Begitu pula perumusan strategi tidak sama
dengan perumusan tujuan. Strategi yang lebih baik, memperbaiki pengajaran,
menggalang sumbangan yang lebih besar, tumbuh dari dan merupakan refleksi dari
analisis lingkungan, analisis sumber, dan langkah-langkah perumusan tujuan,
kecuali jika lembaga tersebut mempunyai tujuan yang ingin dicapainya tidak ada
kebutuhan untuk perumusan strategi.
Menurut
pepatah lama ”Jika anda tidak tahu kemana akan pergi, jalan apapun akan membawa
anda ke tujuan anda”. Hanya ketika analisis lingkungan, analisis sumber, dan
lagkah-langkah perumusan tujuan telah dilaksanakan dengan cermat, para
administrator lembaga dan partisipan-partisipan perencanaan lainnya dapat
merasa yakin bahwa mereka mempunyai latar belakang yang diperlukan untuk
meninjau program-program dan pasar-pasar yang ada serta mempertimbangkan
perubahan-perubahan.
Beberapa alat analisis membantu para
perencana pendidikan untuk melaksanakan tinjauan ini. Dua yang khususnya tepat
untuk pendidikan adalah: strategi portofolio akademis yang mana melibatkan
peninjauan program-program yang ada untuk kemenarikan pasar, kualitas program,
dan sentralitas ke misi lembaga tersebut; dan strategi peluang produk atau
pasar untuk mengidentifikasi potensial perubahan-perubahan program dan
pasar-pasar. Semua itu dan alat-alat lainnya disajikan dalam masalah yang mana
memerhatikan strategi pemasaran secara mendalam.
Desain organisasi lembaga tersebut harus
mempunyai sturktur orang-orang, dan budaya untuk melaksanakan staretgi-strateginya.
Misalnya, Universitas Bradley menggabungkan pelayanan-pelayanan penerimaan
mahasiswa baru, bantuan keuangan, orientasi pengembangan karier, penempatan,
mempertahankan siswa, dan penasehat ke dalam sebuah divisi urusan mahasiswa. Divisi
baru ini menggunakan suatu kerangka kerja pemasaran dalam perencanaan
aktivitas-aktivitasnya. Lembaga-lembaga yang lain harus mengubah struktur
administratif puncaknya atau menggabungkan departemen-departemen akademis untuk
mengimplementasikan sebuah strategi.
Pengimplementasian strategi mungkin tidak
hanya membutuhkan perubahan-perubahan dalam struktur organisasi tetapi juga pelatihan
kembali atau penggantian personil dalam posisi-posisi kunci. Misalnya, sebuah
lembaga mengubah strategi penggalangan dananya dari mengandalkan donor-donor
yang kaya ke yayasan-yayasan wakil presiden untuk pengembangan yang ahli dalam
penggalangan dana “jaringan ana laki-laki tua” mungkinperlu pelatihan kembali
dalam grantsmanship (bantuan-bantuan)
dari perusahaan atau mungkin harus diganti dengan personil yang berorientasi
yayasan. Jika sebuah perguruan tinggi ingin menarik mahasiswa-mahasiswa dewasa,
personil penerimaan mahasiswa baru harus dilatih untuk memberi nasehat kepada
mereka secara efektif dan/atau harus menambah personil baru.
Dalam mengadopsi sebuah sikap strategi
baru, sekolah itu dapat juga harus membuat rencana untuk mengubah budaya
lembaga tersebut. Setiap lembaga mempunyai suatu budaya atau lebih sering
beberapa sub-budaya, dimana sekelompok orang mempunyai suatu cara tertentu
dalam memandang sesuatu. Budaya akademis seringkali merupakan sebuah kritik
yang terus terang terhadap kultur bisnis (profit sebagai tujuan akhir yang
bermanfaat) dan terhadap kultur pemasaran (bahwa lembaga-lembaga harus melayani
da memuaskan pasar-pasar mereka). Para presiden perguruan tinggi yang berusaha
untuk membujuk staf pengajar untuk memperbaiki pengajaran mereka, menghabiskan
lebih banyak waktu dengan para mahasiswa, mengembangkan arah-arah baru untuk
pasar-pasar non tradisional, dan sebagainya, mungkin menghadapi banyak
perlawanan. Untuk lembaga-lembaga yang berusaha menarik siswa, tantangannya
adalah mengembangkan sebuah orientasi pemasaran dimana semua anggota lembaga
tersebut memandang pekerjaan mereka sebagai melayani dan memuaskan pasar. Pelaksanaan
perubahan ini dapat menjadi sebuah tugas yang besar, namun ini sangat penting
jika lembaga tersebut ingin berhasil.
Terakhir, lembaga tersebut harus mendesain
atau memperbarui sistem-sistem yang dibutuhkan untuk mendukung
strategi-strategi baru, termasuk prosedur-prosedurnya, sifatnya, dan
teknologinya.
Prosedur-prosedur bisa ditambahkan untuk
tugas-tugas baru atau diefisienkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang ada
secara lebih efisien. Lembaga tersebut perlu meninjau rencana-rencana susunan
stafnya untuk memastikan bahwa lembaga tersebut mempunyai jumlah dan campuran
yang tepat untuk para administrator, para pengajar, atau staff untuk
melaksanakan rencana strategis dan rencana taktis sekolah tersebut. Misalnya,
sekolah itu mungkin membutuhkan direktur perencanaan keuangan, staff tambahan
untuk penerimaan mahasiswa baru, atau par pengajar untuk mengganti
pengajar-pengajar yang pensiun.
Sekolah tersebut mungkin perlu untuk
berinvestasi dalam kemampuan-kemampuan telekomunikasi seperti voice mail, information lines, dan nomor-nomor
serta dalam memperhitungkan presentasi-presentasi kelas, penggunaan siswa, dan
staff pengajar serta tujuan-tujuan administratif.
Memperbaharui atau meng-upgrade sistem-sistem berarti menjamin
bahwa fungsi-fungsi internal dari lembaga merefleksikan suatu budaya pelayanan.
Misalnya sebagian besar sekolah memahami pentingnya memperlakukan siswa dan
keluarga mereka dengan kepedulian dan rasa hormat serta mendorong pengajar dan
staff pegawai lini depan untuk mengembangkan dirinya guna melayani mereka. Namun
banyak dari lembaga tersebut terus mentoleransi para administrator yang suka
mencampuri urusan orang dan staff yang menghambat keefektivan fungsi-fungsi
lainnya dalam lembaga tersebut.
Area-area fungsional yang mempunyai
sedikit kontak atau tidak berkontak sama sekali dengan mahasiswa harus tetap
merefleksikan suatu orientasi pemasaran terhadap konsumen-konsumen internal
mereka di dalam lembaga tersebut. Misalnya, departemen personalia atau sumber
daya manusia mungkin lambat dalam merespon pertanyaan-pertanyaan para pengajar
dan staff atau kantor akunting mungkin begitu terikat dengan aturan dan
sistem-sistem akunting begitu kompleks sehingga area-area lain pada lembaga
tersebut menyusun sistem-sistem akunting sendiri yang paralel. Semua itu dan
kasus-kasus yang serupa mengilustrasikan aktivitas-aktivitas yang tidak
menyenangkan dan sia-sia yang dapat dikurangi atau dihilangkan melalui fokus
yang tepas dalam melayani konsumen internal.
sumber:
Daryanto. 2011. Sari Kuliah: Manajemen Pemasaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
No comments:
Post a Comment
Kami mengharapkan saran maupun kritik yang membangun blog kami. Dilarang SARA dan kata-kata yang tidak pantas :)