Produk agribisnis dalam penggunaannya dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu:
a.
Produk bahan makanan (food material).
b.
Produk bahan baku (raw material).
Tanaman-tanaman yang menghasilkan
bahan makanan disebut food crops dan
yang bukan menghasilkan bahan makanan disebut non food crops. Kedua jenis produk ini dapat merupakan tanaman
ekspor, tergantung dari potensi hasil dari tanaman pada suatu negara. Tanaman kopi
dan kelapa misalnya termasuk tanaman ekspor karena pada saat ini kebutuhan
dalam negeri masih relative rendah dibandingkan dengan volume poduksi, tetapi
jika beberapa tahun mendatang kebutuhannya meningkat maka tanaman tersebut
tidak dapat digolongkan sebagai tanaman ekspor. Hal ini dapat terjadi karena
bertambahna jumlah penduduk ataupun karena kemajuan teknologi yang mampu
meningkatkan nilai guna tanaman tersebut.
Tanaman padi dalam jangka waktu
yang lama tetap akan merupakan food crop
karena selain merpakan bahan makanan pokok penduduk Indonesia juga tingkat
produksi dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia. Tanaman
jagung digolongkan ke dalam keduanya, dimana jika keadaan apceklik masyarakat
biasanya mensubstitusi beras dengan jagung sebagai bahan makanan pokok. Tetapi apabila
keadaan panen cukup baik sehingga beras mencukupi maka jagung dapat dijual oleh
petani yang kemudian para eksportir membelinya untuk dijual ke negara-negara
yang membutuhkan. Adapun mengenai buah-buahan saat ini di Indonesia belum ada
yang merupakan bahan ekspor. Perlu ditambahkan bahwa sesungguhnya dalam
tataniaga pertanian, pengertian tentang bahan makanan tidak hanya dibatasi pada
tanaman saja tetapi juga termasuk di dalamnya hewan seperti kerbau dan sapi, yang
selain sebagai bahan makanan dalam negeri juga sering diekspor ke luar negeri.
Beberapa ahli membagi produksi
pertanian atas benda konsumsi dan bahan mentah. Benda konsumsi adalah
hasil-hasil atau produksi pertanian yang dalam bentuk asli langsung dikonsumsi
oleh manusia, misalnya manga, papaya, jeruk, dan lain-lain. Tetapi apabila
suatu produk sebelum dikonsumsi mengalami proses pengolahan maka produk ini
disebut bahan mentah. Buah-buahan adalah merupakan bahan mentah untuk
perusahaan pengalengan buah. Pada dalam hal ini adalah termasuk bahan mentah
karena tidak ada orang yang langsung memakan padi tapi harus diolah terlebih dahulu
menjadi bahan konsumsi dan bahan mentah. Daging sapid an kerbau dapat merupakan
bahan konsumsi bagi konsumen yang membeli untuk dimakan sebagai lauk, tetapi
akan menjadi bahan mentah terutama bagi perusahaan pengalengan daging (kornet).
Produksi pertanian dapat
disarikan dalam beberapa sifat dan ciri sebagai berikut (Teken dan Hamid,
1982).
a.
Produksi yang Diperoleh dari Usaha Secara
Kecil-Kecilan (Small Scale Production).
Produksi secara kecil-kecilan ini adalah akibat dari
usaha yang dilakukan petani secara kecil-kecilan pula. Padi atau beras
misalnya, dihasilkan oleh berjuta-juta petani. Dengan demikian petani-petani
tidak dapat memengaruhi permintaan atas jenis barang yang dihasilkannya. Mereka
sulit untuk saling berkomunikasi dalam hal penjaualan, penyimpanan, dan
sebagainya, karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan akan hal tersebut.
Berbeda halnya dengan
perusahaan-perusahaan industri karena telah memiliki kemampuan yang besar untuk
menganalisis situasi pasar, melakukan grading,
penyimpanan, dan sebagainya, maka mereka tidak mengalami kesulitan dalam hal
penjualannya. Mereka dapat menguasai atau mengendalikan produksinya
sewaktu-waktu jika permintaan menurun. Perusahaan-perusahaan industry dengan
mudah dapat diorganisir atau mengorganisir dirinya.
b.
Produksi Bersifat Musiman.
Karena bersifat musiman maka hasil produksi akan
diperoleh pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan umur tanaman yang bersangkutan.
Kita tidak bisa memaksakan tanaman padi berbuah pada umur satu bulan, karena
kebetulan pada saat itu persediaan beras telah habis atau harga beras terlalu
tinggi karena terlalu banyak permintaan. Sifat produksi yang demikian inilah
sering menimbulkan kesulitan dalam proses pengimbangan.
Begitu pula di saat-saat panen sering dijumpai
beberapa kesulitan dalam hal penyimpanan dan pengangkutan. Pada saat ini,
biaya-biaya penyimpanan dan pengangkutan biasanya meningkat. Pedagang-pedagang
pengumpul harus menyediakan modal yang cukup besar untuk membeli hasil-hasil
pertanian itu, untuk menyewa gedung dan ongkos transport.
c.
Produksi Terpencar.
Tempat produksi pertanian tidak terpusat, tetapi letaknya terpencar. Hal ini
disebabkan petani itu selalu mencari tempat yang keadan tanah dan iklimnya
cocok untuk tanamannya tanpa memperhitungkan apakah dekat atau jauh dari kota
atau pasar. Petani tidak dapat dipaksakan melakukan produksi di tempat yang tandus
atau bergunung-gunung, meskipun secara ekonomis mudah dijangkau oleh para
pedagang pengumpul atau konsumen. Karena keterpencaran ini maka dapat dibayangkan
kesulitan dalam pengumpulan agar menjadi suatu jumlah yang besar.
d.
Produk Hasil-Hasil Pertanian Bersifat Berat (Bulky), Mengambil Banyak Tempat (Volumnious), dan Cepat atau Mudah Rusak
(Perishable).
Kebanyakan
hasil-hasil pertanian timbangannya adalah berat dan memerlukan banyak tempat. Hal
ini berarti nilai per satuan berat dan per satuan volume adalah lebih kecil
dibandingkan nilai barang-barang industry. Sebungkus rokok yang beratnya
bebrapa gram nilainya dalam Rupiah kira-kira sama dengan 1 – 2 kg singkong. Jelas
dalam hal ini bahwa kan terjadi perbedaan dalam hal pengangkutan dan
penyimpanan. Dapat dibayangkan betapa besar perbedaan nilai jika kita
mengangkut 1 ton singkong dan 1 ton rokok pada tarf dan jarak yang sama. Selain
itu sifat hasil pertanian juga mudah rusak atau busuk, sehingga diperlukan
perawatan dan penyimpanan yang baik dan pengankutan yang cepat ke tempat
konsumen.
Referensi: Daryanto
No comments:
Post a Comment
Kami mengharapkan saran maupun kritik yang membangun blog kami. Dilarang SARA dan kata-kata yang tidak pantas :)