Eksplorasi Psikologi Pendidikan - Pendekatan kurikulum pada dasarnya dapat dikembangkan dan
didekati dengan pendekatan psikologi, pendekatan filsafat, pendekatan sosial,
dan pendekatan sejarah. Materi ini saya bagi informasi hanya pada pendekatan
psikologi, penjelasannya sebagai berikut.
1.
Hukum asosiasi. Hukum asosiasi
dipelopori oleh Aristoteles. Plato meyakini teori bahwa orang terbentuk “dari
lahir”. Pembentukan tersebut merupakan sesuatu yang menetap dalam jiwanya. Karena
itu, Plato disebut beraliran nature (nativist).
Sebaliknya, Aristoteles (384-322 BC) meyakini bahwa
orang terbentuk dari pengasuhan (nurture).
Karena itu, Aristoteles disebut sebagai beraliran nurture (empirist). Empat
hukum asosiasi dari Plato (Russel, 2013).
a.
The law of
similarity. Asosiasi ini berkaitan dengan kejadian atau benda yang mirip
atau sama satu dengan lainnya. Misalnya, mobil dan truk memiliki asosiasi
kemiripan atau kesamaan menurut tampilan, bentuk, dan fungsi.
b.
The law of
contrast. Asosiasi ini berkaitan dengan kejadian, benda, atau sifat yang
saling berkebalikan satu dengan yang lainnya. Misalnya, putih memiliki asosiasi
kontras dengan hitam, tinggi memiliki asosiasi kontras dengan pendek.
c.
The law of
continguity. Asosiasi ini berkaitan dengan kejadian yang mirip dan
berdekatan menurut ruang dan waktu. Misalnya, kilatan petir berasosiasi dengan
bunyi petir, mendung berasosiasi dengan hujan.
d.
The law of
frequency. Asosiasi ini merupakan pelengkap dari the law of continguity yang terjadi dalam frekuensi yang sering. Misalnya,
orang cenderung menggunakan parfum saat rapat. Dalam hal ini, penggunaan parfum
terjadi berulang-ulang dalam saat rapat. Karena itu, terdapat asosiasi terhadap
dirinya anatara parfum dan rapat.
2.
Rasionalisme “I think therefore I am”.
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650). Descartes juga
mengajukan konsep mind body dualism,
yakni perilaku adalah gerakan refleks dan otomatis yang merupakan respon
terhadap lingkungan eksternal. Perilaku yang bebas dikendalikan oleh pikiran (mind). Manusia mempunyai pikiran yang
mengarahkan perilakunya sendiri (self
directing mind), sedangkan perilaku binatang semuanya adalah refleksif.
3.
Empirisme. Empirisme dipelopori oleh
ahli filsafat Inggris John Locke (1632-1702). Menurut Locke, manusia dilahirkan
sebagai lembaran sebagai lembaran putih, blank
state (tabula rasa). Kemudian, kehidupan manusia tersebut berjalan
berdasarkan pada pengalaman dan lingkungannya. Masih menurut Locke, manusia
memiliki conscious mind, yakni
komposisi dari sejumlah elemen dasar tertentu yang spesifik seperti warna,
suara, rasa, dan seterusnya.
4.
Strukturalisme. Menurut strukturalisme,
struktur akal budi dapat diidentifikasi berdasar elemen dasar yang menyusun
struktur tersebut. Strukturalisme dibangun dari metode intropeksi, yaitu
eksperimen yang berusaha menjelaskan pemikiran sadar, emosi, dan pengalaman
sensori. Tokoh-tokoh strukturalisme adalah Wilhelm Wundt (1832-1920) dan
muridnya Edward B. Tichener (1867-1927).
5.
Fungsionalisme. Fungsionalisme merupakan
studi tentang adaptive mind. Akal budi
memungkinkan manusi dapat beradaptasi dengan lingkungan dan dapat berfokus pada
proses yang adaptif. Tokoh fungsionalisme adalah William James (1842-1910).
6.
Behaviorisme. Behaviorisme adalah
pendekatan psikologi yang berfokus pada pengaruh lingkungan pada perilaku yang
terobservasi. The law of parsimony
adalah penjelasan sederhana tentang fenomena yang umum dan fenomena yang
kompleks. Salah satu implementasi hukum parsimony
diimplementasikan oleh Conway Lloyd Morgan dengan Morgan’s Canon (canon
artinya prinsip). Menurut prinsip ini, perilaku binatang dalam bentuk yang
rendah memiliki proses primitive yaitu gerakan refleks dan kebiasaan, sedangkan
perilaku yang lebih tinggi memiliki proses yang lebih bersifat mental yaitu keputusan
atau imajinasi.
sumber:
Tung, Y., K. 2015. Pembelajaran dan Perkembangan Belajar. Jakarta: Indeks.
No comments:
Post a Comment
Kami mengharapkan saran maupun kritik yang membangun blog kami. Dilarang SARA dan kata-kata yang tidak pantas :)