Perumusan pesan menuntut komunikator untuk menjawab
empat pertanyaan: apa yang ingin disampaikan (isi pesan), bagaimana
mengatakannya secara logis (struktur pesan), bagaimana mengatakannya secara
simbolis (format pesan), dan siapa yang akan menyampaikannya (sumber pesan).
a.
Isi Pesan
Isi pesan sangat dipengaruhi oleh konsep
produk. Secara umum manajemen akan mencari tema, appeal, gagasan dan/atau tawaran penjualan yang khas (unique selling proposition). Ada tiga
macam daya bujuk (appeal) yaitu:
rasional, emosional, dan moral.
Appeal rasional umumnya langsung meohok
pada kepentingan konsumen, biasanya dengan menonjolkan benefit tertentu dari
produk yang ditawarkan. Contohnya pesan yang menggambarkan kualitas, nilai
ekonomis, value, atau kinerja produk.
Pada umumnya pembeli industrial lebih peka tehadap hal ini.
Sementara itu, appeal
emosional lebih menggelitik emosi negative atau positif untuk mendorong
terjadinya pembelian. Untuk itu, pemasar harus merumuskan emotional selling proposition yang tepat. Walau mirip dengan produk
pesaing, namun produk-produk tertenu memiliki asosiasi unik yang dapat
dipromosikan. Promosi untuk membidik kebutuhan utilitarian dan hedonis
harus berbeda. Untuk membidik kebutuhan utilitarian
promosi harus bersifat informatif dan rasional, sedangkan untuk kebutuhan hedonis promosi dapat dirancang dengan
mengedepankan nilai simbolis dan emosional.
Sedangkan appeal moral lebih ditujukan pada apa
yang menurut audiens benar dan pantas. Appeal
ini seringkali digunakan untuk mengingatkan masyarakat agar mendukung
gerakan sosial, seperti gerakan anti narkoba, perlakuan yang lebih baik
terhadap pasien AIDS, dan gerakan sehat nasional.
b.
Struktur Pesan
Selain bertumpu pada isi pesan,
efektifitas komunikasi juga dipengaruhi oleh strukturnya. Komunikator seringkali
menyodorkan kesimpulan bagia audiens
dari pada membiarkan mereka memberikan kesimpulan sendiri. Namun, penelitian
membuktikan bahwa iklan terbaik justru yang mengajukan pertanyaan (masih ingat tagline pada saat pertama kali A Mild dimunculkan “How Low Can You Go?” atau “Mana Lagi Selain McD?”) dan membiarkan audiens membentuk kesimpulan mereka sendiri.
Apabila komunikator menyodorkan kesimpulan
yang kurang bisa dipercaya atau isunya terlalu simpel atau sangat pribadi
reaksi balik (feedback) yang negatif
akan muncul. Audiens sebaiknya jangan
disodori keputusan yang bersifat eksplisit karena hanya akan membatasi
penerimaan.
Pesan dapat berisi tunggal atau ganda. Pesan
berisi ganda dapat lebih efektif, khususnya jika terdapat asosiasi negative yang
mesti diatasi. Misalnya iklan rokok yang mencantumkan peringatan akan bahaya
merokok justru mungkin lebih efektif menghadapi keberatan audiens yang lebih terdidik dan mereka yang pada awalnya menentang.
Hal inilah penjelasan mengenai kenapa konsep produk A Mild bisa diterima anak muda terdidik yang lebih sadar kesehatan.
c.
Format Pesan
Komunikator sebaiknya memilih format pesan
yang kuat. Untuk iklan cetak, komunikator harus menentukan judul, teks iklan,
ilustrasi, dan warna. Jika pesan disiarkan lewat radio, komunikator harus
memilih-milih kata, kualitas suara, dan vokalisasi.
Jika pesan ditawarkan oleh wiraniaga atau
disiarkan di televisi, semua hal di atas serta Bahasa tubuh juga mesti
direncanakan secara cermat. Penyaji harus menaruh perhatian pada ekspresi
wajah, busana, gerakan, dan potongan rambut. Pesan juga bisa disampaikan dalam
produk atau kemasannya, dalam hal ini yang harus dicermati adalah warna,
bentuk, ukuran, bau, dan tekstur.
Ingat logo berwarna merah yang dominan
pada kemasan Coca-Cola. Warna merah
umumnya dipersepsikan sebagai hangat, sensual, dan tidak mengancam. Pada tingkat yang lebih asasi, merah merupakan darah
kehidupan. Biru dipandang dapat memberikan rasa menenangkan yang mungkin
merupakan salah satu alasan mengapa logo IBM
berwarna biru untuk memberikan citra bersahabat.
Iklan Marlboro
di Hong Kong, menggambarkan koboi yang sengaja dipakaikan topi berwarna putih,
kudanya juga berwarna putih, lantaran warna tersebut diasosiasikan sangat
positif menurut kepercayaan setempat. Di mata orang Cina warna ungu dianggap
indikasi mutu, sebaliknya orang Amerika Latin menganggapnya warna kematian.
Di Afrika, Carlsberg Beer terpaksa menambahkan gambar satu gajah lagi pada iklannya,
karena merek Elephant Beer yang
berlambang dua gajah dianggap pembawa sial. Sebaliknya, gambar bulan sering
ditampilkan dalam iklan-iklan Cina karena dianggap lambing nasib baik.
d.
Stealth Marketing
Di tengah kepadatan media dan merosotnya kredibilitas
perusahaan, muncul jurus ampuh komunikasi pemasaran baru yang disebut stealth marketing atau pemasaran anti
radar. Konsumen dibuat tidak sadar sama sekali bahwa mereka telah diperdaya
pemasaran.
Contoh, ketika Krangtingdaeng atau Red Bull
hendak dipasarkan di Inggris, pemasar mengisi tong-tong sampah dekat bar dan
pub dengan kaleng kosong Kratingdaeng.
Tumpukan kaleng kosong ini memberi kesan seolah-olah Kratingdaeng sedang popular dan digandrungi. Hasilnya langsung
tampak, dalam waktu singkat Kratingdaeng
menjadi merek popular di Eropa.
Konsep pemasaran anti radar banyak
bertumpu pada kombinasi gaya komunikasi getok
tular dengan pemasaran gerilya. Selain murah, strategi ini dianggap lebih
tajam dan efektif serta tidak mudah “dibaca” konsumen karena taktiknya selalu
berubah-ubah tergantung pada kreatifitas pemasar.
Pendekatan stealth marketing memang artistic dank has, namun sebenarnya tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip yang telah dijelaskan sebelumnya. Lantaran makin
menggejalanya kekusutan (clutter),
khususnya di negara-negara yang penetrasi TV-nya sudah maksimal iklan
seringkali dipertanyakan efektifitasnya.
Dengan demikian agar komunikasi pemasaran
dapat berjalan secara efektif, maka dalam perancangannya harus memerhatikan
tahapan-tahapan sebagai berikut.
1)
Menentukan stimuli pemasaran yang tepat untuk
membentuk persepsi konsumen dengan memerhatikan unsur inderawi dan unsur struktural.
2)
Memahami karakteristik konsumen yang memengaruhi
persepsi.
3)
Mengembangkan komunikasi pemasaran, dengan
melalui tahap:
(a)
Identifikasi audiens
sasaran.
-
Benefit yang diinginkan konsumen.
-
Melakukan analisis citra.
(b)
Menentukan tujuan komunikasi.
-
Menginformasikan;
-
Memengaruhi atau membujuk;
-
Mengingatkan.
(c)
Merancang pesan.
-
Isi pesan (apa yang akan disampaikan).
-
Struktur pesan (bagaimana menyampaikan pesan
secara logis).
-
Format pesan (bagaimana mengatakan pesan secara
simbolis).
-
Sumber pesan (siapa yang akan menyampaikan
pesan).
Untuk bisa memahi materi ini silakan materi sebelumnya Mengembangkan Komunikasi Pemasaran yang Efektif
sumber:
Daryanto. 2011. Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
No comments:
Post a Comment
Kami mengharapkan saran maupun kritik yang membangun blog kami. Dilarang SARA dan kata-kata yang tidak pantas :)