Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi
Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi - Guru A jengkel
sekali karena tenaga hampir habis terkuras, waktu banyak digunakan dan suara
pun hampir hilang dari tenggorokan tetapi siswa-siswanya tak tak juga mengerti
apa yang diterangkannya. Lalu ia pun bertanya siapa sebenarnya yang bodoh, dia
ataukah siswa-siswa. Waktu ditanyakan satu pertanyaan sederhana dari 40 orang
siswanya hanya dua yang benar separuhnya kurang tepat menjawab, sedang sisanya
salah sama sekali. Mereka menjawab yang bukan-bukan. Jika si guru
mempertanyakan siapa yang bodoh masih lebih baik daripada telah memutuskan
bahwa siswa-siswanya sebagai anak-anak yang bodoh.
![]() |
Proses Komunikasi Copyright Kuingin Baca |
Pesan
berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau
sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata
lisan ataupun tertulis) maupun simbol non verbal atau visual. Proses penuangan
pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi itu disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan (bisa siswa, peserta latihan
ataupun guru dan pelatihnya sendiri) menafsirkan simbol-simbol komunikasi
tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses penafsiran simbol-simbol komunikasi yang
mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding.
Adakalanya
penafsiran trsbut brhasil, adakalanya tidak. Penafsiran yang gagal atau kurang
berhasil brarti kegagalan atau kekurangberhasilan dalam mmahami apa-apa yang
didngar, dibaca, atau dilihat dan diamatinya.
Terlepas dari
siapa yang bodoh dan siapa yang pintar, kadaan inilah yang terjadi pada kasus
Guru A. Siswa-sisanya tidak atau kurang berhasil mengencode pesan-psan yang disampaikan olehnya.
Ada beberapa
faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses komunikasi. Penghambat tersebut
biasa diknal dengan istilah barriers atau
noises.
Kita kenal
adanya hambatan psikologis, seprti minat, sikap, pndapat, kepercayaan, intelegensi,
pengetahuan, dan hambatan fisik, sperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya
indera, dan cacat tubuh. Siswa yang senang terhadap mata pelajaran, topik serta
gurunya tntu lain hasil belajarnya dibandingkan dengan yang benci atau tak
menyukai semua itu.
Anda jangan
terlalu banyak berharap dari siswa yang lagi sakit karena pesan-pesan yang anda
sampaikan padanya akan terhambat karenanya. Anda juga jangan berharap pada
siswa yang sehat sekalipun untuk mengamati kehidupan sel binatang satu sel dengan
mata telanjang.
Dua jenis hambatan
yang lain adalah hambatan kultural seperti perbedaan adat-istiadat,norma-norma
sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan; dan hambatan lingkungan yaitu
hambatan yang ditimbulkan situasi dan konsdisi keadaan sekitar. Proses belajar
mengajar di tempat yang tenang, sejuk, dan nyaman tentu akan berbeda proses
yang dilakukan di kelas yang bising, panas, dan berjubel. Perbedaan adat-istiadat,
norma sosial dan kepercayaan kadang-kadang bisa menjadi sumber salah paham. Karena
adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam diri guru maupun siswa, baik
saktu mengencode pesan maupun mendecodenya, proses komunikasi belajar
mengajar sering kali berlangsung secara tidak efektif dan efisien.
Media pendidikan
sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga
membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya beljar, minat, intelegensi,
keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak atu
dan lain-lain dapat dibantu daitasi dengan pemanfaatan media pendidikan.
sumber:
Sadiman, A. S. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada dan Pustekkom Dibud.