Integrasi dan Disintegrasi
A.
Hubungan Identitas dan Integrasi
Salah satu fungsi identitas nasional adalah ia
diharapkan mampu menyatukan segenap elemen bangsa yang bernaung di bawah
pemerintahan negara. Degan menyatukan berarti identitas mempunyai fungsi
integratif, artinya ia mengintegrasikan masayarakat bangsa itu.nsebagai contoh
bahasa nasional. Bahasa nasional yang digunakan secara bersama merupakan sarana
komunikasi yang efektif, mampu mendekatkan hubungan dan juga meminimalisir
salah pengertian antar warga bangsa.
Dengan demikian,kepemilikan suatu identitan nasional
sangat berkontribusi positif bagi terwujudnya integrasi sebuah bangsa. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, integrasi bangsa berarti penyatuan berbagai kelompok
budaya dan sosial ke dalam kesatuan dan wilayah dan pembentukan suatu identitas
nasional. Integrasi bangsa berarti penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari
suatu masyarakat menjadi sauatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan
masyarakat-masayarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa. Sebuah negara
bangsa membutuhkan identitas tidak semata-mata agar bisa dibedakan dengan
bangsa lain, tetapi juga agar menyatukan segenap elemen bangsa di dalam negara
itu.
Jadi ada hubungan erat antara identitas dengan
integrasi. Dapat dikatakan identitas berguna untuk pembangunan integrasi sebuah
bangsa. Pembangunan integrasi sebuah bangsa, salah satunya dapat dikembangkan
melalui pembentukan identitas nasional.
B.
Integrasi versus Disintegrasi
Jika integrasi berarti penyatuan, disintegrasi dapat
berarti perpecahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disintegrasi berarti
keadaan tidak bersatu padu; keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau
persatuan; perpecahan.
Integrasi dan disintegrasi dapat dipersamakan dengan
konsensus dan konflik. Adanya konsensus menciptakan integrasi, sedangkan adanya
konflik menimbulkan disintegrasi. Dapat dinyatakan bahwa konflik menjadi
penyebab terjadinya disintegrasi. Konflik diartikan sebagai setiap pertentangan
atau perbedaan pendapat antara paling tidak dua orang atau dua kelompok. Konflik
dalam pengertian yang luas mencakup konflik secara fisik dan non fisik (lisan,
pendapat, ide, kepentingan). Konflik dalam derajat yang tinggi seperti
pertentangan fisik, kerusuhan, revolusi, bahkan perang. Konflik dalam derajat
yang longgar atau lemah misalnya perbedaan pendapat dan ide. Konflik sering
kali diterima secara negatif karena dianggap merusak keteraturan dan ketertiban
dalam masyarakat. Konflik dalam derajat yang longgar dapat memicu kemajuan
misal diskusi yang alot yang menghasilkan ide baru. Oleh karena itu, konflik
tidak harus dipersepsikan hal yang buruk.
Hal-hal yang perlu penanganan adalah konflik dalam derajat
yang tinggi, seperti gerakan pemisahan wilayah, pemberontakan, pertengkaran
antar orang daerah sampai pada gejalan tawuran antar warga. Konflik demikian
pastilah menjadi sebab terjadinya disintegrasi bangsa.
sumber:
Narmoatmojo, W., Ediyono, S., Rejekiningsih, T., Permata, R. V. 2015. Pendidikan Kewargenagaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.