• About
  • Contact
  • Submit Article

Sifat Hakikat Manusia

 on Thursday, September 15, 2016  

Sifat hakikat manusia yang kali ini saya bagikan untuk kalian.
1.        Pengertian Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipiil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dengan hewan. Meskipun antara hewan dengan manusia banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu Zoon Politicon(hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai Das Kranke Tier(hewan yang sakit) (Drijarka, 1962: 138) yang selalu gelisah dan bermasalah.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual, yaitu suatu perbedaan yang dengan melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadannya. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan orang utan dapat dijadikan manusia. Charles Darwin(dengan teori evolusinya) telah berjuang untuk menemukan bahwa manusia berasal dari primata atau kera, tetapi ternyata gagal. Ada misteri yang dianggap menjembatani proses perubahan dari primata ke manusia yang tidak sanggup diungkapkan atau bisa disebut The Missing Link.
2.        Wujud Sifat Hakikat Manusia
Pada bagian ini aka dijelaskan wujud sifat hakikat manusia(yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:
a.        Kemampuan Menyadari Diri
Kaum Rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat kemampuan ini manusia menyadari diri bahwa manusia memiliki ciri khas atau karakteristik. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dengan yang lain dan dengan lingkungan fisik di sekitarnya. Kemampuan membuat jarak dengan lingkungannya berarah ganda, yaitu ke arah keluar dan ke dalam.
Dengan arah keluar, aku memnadang dan menjadikan lingkungan sebagai objek, selanjutnya aku memanipulasi ke dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya. Puncak aktivitas yang mengarah keluar ini dapat dipandang sebgai gejala egoisme. Dengan arah ke dalam, aku memberi status kepada lingkungan sebagai subjek yang berhadapan dengan aku sebagai objek, yang isinya pengabdian, pengorbanan, tenggang rasa, dan sebagainya. Dengan kata lain aku beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Di dalam proses pendidikan, kecenderungan dua arah tersebut perlu dikembangkan secara berimbang. Pengembangan arah keluar merupakan pembinaan aspek sosialitas, sedangkan pengembangan arah ke dalam berarti pembinaan aspek individualitas manusia.
Yang lebih istimewa ialah bahwa manusia di karuniai kemampuan untuk membuat jarak(distansi) diri dengan akunya sendiri. Aku seolah-olah keluar dari dirinya dengan berperan sebagai objek untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada dirinya. Pada saat demikian seorang aku dapat berperan ganda(sebagai subjek sekaligus objek), suatu aktivitas yang tidak mudah dilakukan.
b.        Kemampuan Bereksistensi
Dengan keluar dari dirinya, dan dengan membuat jarak antara aku dengan dirinya sebagai objek, lalu melihat objek sebagai sesuatu, berarti manusi itu dapat menembus dan menerobos  dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan saja dalam kaitannya dengan soal ruang, melainkan juga waktu. Kemampuan inilah yang disebut dengan kemampuan bereksistensi. Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi suatu keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu, serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanak-kanak.
c.         Kata Hati(Consience of Man)
Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati, dan sebagainya. Consience ialah “pengertian yang ikut serta” atau “pengertian yang mengikut perbuatan”. Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan, yang sedang, dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti akibatnya(baik atau buruk) bagi manusia sebagai manusia.
Orang yang tidak memiliki pertimbangan dan kemampuan untuk mengambil keputusan tentang baik/benar dan yang buruk/salah ataupun kemampuan dalam mengambil keputusan tersebut hanya sudut pandangan tertentu, dikatakan bahwa kata hatinya tidak cukup tajam. Dan orang yang memiliki kecerdasan akal budi sehingga mampu menganalisis dan mampu membedakan yang baik/benar dengan yang buruk/salah bagi manusia disebut tajam kata hatinya.
Dapat disimpulkan bahwa kata hati itu adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitan dengan moral(perbuatan), kata hati merupakan “petunjuk bagi moral/perbuatan”. Usaha untuk mengubah kata hati yang tumpul menjadi kata hati yang tajam disebut pendidikan kata hati(gewetan forming). Realisasinya dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian moral yang didasari oleh kata hati yang tajam.
d.        Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang dimaksud dengan moral(etika) adalah perbuatan itu sendiri. Seseorang yang memiliki kata hati yang tajam belum tentu perbuatannya merupakan realisasi dari kata hatinya itu. Untuk menjembatani jarak yang mengentarai masih ada aspek yang diperlukan yaitu kemauan.
Dari uraian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik bagi manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi(luhur). Sebaliknya perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk atau moral yang rendah(asor) atau lazim dikatakan tidak bermoral. Seorang dikatakan ber moral tinggi karena ia menyatukan diri dengan nilai-nilai yang tinggi, serta segenap perbuatannya merupakan peragaan dari nilai-nilai yang tinggi tersebut. Etika biasanya dibedakan dengan etiket. Jika etika(moral) menunjukkan kepada perbuatan yang baik/benar atau yang salah, yang berperikemanusiaan atau yang jahat, maka etiket hanya berhubungan dengan soal sopan santun. Karena nilai moral berkaitan erat dengan keputusan kata hati, yang dalam hal ini berarti bertalian erat dengan nilai-nilai, maka sesungguhnya moral itu adalah nilai-nilai kemanusiaan.
e.         Tanggung Jawab
Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung jawab ada macam-macam, ada tanggung jawab kepada diri sendiri, masyarakat, dan Tuhan.
Di sini tampak hubungan yang erat antara kata hati, moral, dan tanggung jawab. Kata hati memberi pedoman, moral melakukan, dan tanggung jawab merupakan kesediaan menerima konsekuensi dari perbuatan. Eratnya hubungan antara ketiganya itu juga terlihat dalam hal kadar kesediaan bertanggung jawab itu tinggi apabila perbuatan sinkron dengan kata hati. Itulah sebabnya orang yang melakukansesuatu karena paksaan(bertentangan dengan kata hati) sering tidak bersedia untuk memikul tanggung jawab atas akibat dari apa yang telah dilakukannya.

Dengan demikian, tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan. Dari uraian ini menjadi jelas betapa pentingnya pendidikan moral bagi peserta didik baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

Referensi: Tirtarahardja

Sifat Hakikat Manusia 4.5 5 Unknown Thursday, September 15, 2016 Sifat Hakikat Manusia Sifat hakikat manusia yang kali ini saya bagikan untuk kalian. 1.         Pengertian Hakikat Manusia Sifat hakikat manusia diart...


No comments:

Post a Comment

Kami mengharapkan saran maupun kritik yang membangun blog kami. Dilarang SARA dan kata-kata yang tidak pantas :)

Kuingin Baca