Sasaran
pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi
hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Manusia lahir telah dikaruniai
dimensi hakikat manusia tetpi masih dalam wujud potensi, belum teraktualisasi
menjadi wujud kenyataan “aktualisasi”. Dari kondisi “potensi” menjadi wujud
aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk berperan
dalam memberikan jasanya. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi
dalam pelaksanaannya mungkin terjadi kesalahan mendidik dikarenakan pendidik
juga manusia biasa yang tidak luput dari salah. Sehubungan degan itu ada dua
kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu:
1. Pengembangan
yang utuh, dan
2. Pengembangan
yang tidak utuh.
1.
Pengembangan yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi
hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat
manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang di sediakan
untuk memeberikan pelayanan atas perkembangannya. Meskipun ada tendensi
pandangan modern yang cenderung lebih menekankan pada pengaruh faktor lingkungan.
Optimisme ini timbul berkat pengaruh perkembangan iptek yang sangat pesat yang
memberikan dampak pada peningkatan perekayasaan pendidikan melalui teknologi
pendidikan. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang sanggup menghantar
subjek didik menjadi seperti dirinya sendiri selaku anggota masyarakat. Selanjutnya
pengembangan yang utuh dapat diihat dari berbagai segi, yaitu: wujud, dimensi,
dan arahnya.
a.
Dari Wujud
Dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek
jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan
keberagaman, antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengembangan aspek
jasmaniah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara
seimbang.
Pengembangan dimensi keindiviualan,
kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman dikatakan utuh jika semua dimensi
tersebut mendapat layanan yang baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah
satunya. Dalam hal ini pengembangan dimensi keberagaman menjadi tumpuan dari
ketiga dimensi diatas.
Pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor dikatakan utuh jika ketiga-tiganya mendapat layanan
yang berimbang. Pengutamaan aspek kognitif daripada aspek afektif hanya akan
menciptakan orang yang pintar tapi berwatak buruk.
b.
Dari Arah
Pengembangan
Keutuhan pengenmbangan dimensi
hakikat manusia dapat diarahkan kepada pengembangan dimensi keindividualan,
kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman secara terpadu. Jika di analisis satu
per satu gambarannya sebagai berikut: Pengembangan yang sehat terhadap dimensi
keindividualan memberi peluang pada seseorang untuk mengadakan eksplorasi
terhadap potensi-potensi yang ada pada dirinya, baik sisi positif maupun sisi
negatif. Pengembangan yang berarah konsentris
ini bermakna memperbaiki diri atau meningkatkan martabat aku yang sekaligus membuka jalan ke arah
bertemunya seorang pribadi ke pribadi yang lain secara selaras tanpa menganggu
otonomi yang masing-masing.
Pengembangan sehat terhadap dimensi
kesosialan yang biasa disebut pengembangan horizontal
membuka peluang terhadap ditingkatkannya hubungan sosial di antara sesama
manusia dan antara manusia dengan lingkungan fisik yang berarti memelihara
kelestarian lingkungan disamping memanfaatkannya. Pengembangan dimensi
keindividualan serempak denga kesosialan berarti membangun terwujudnya hakikat
manusia sebagai makhluk monodualis.
Pengembangan yang sehat dari
dimensi kesusilaan akan menopang pengembangan dan pertemuan dimensi keindividualan
dan kesosialan. Pengembangan yang sehat terhadap dimensi keberagaman akan
memberikan landasan dari arah pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan,
dan kesusilaan.
Pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor di samping keselarasannya(perimbangan antara ketiganya)
juga perlu diperhatikan arahnya. Yang dimaksud adalah arah pengembangan dari
jenjang yang rendah ke jenjang yang tinggi. Pengembangan ini biasa disebut
dengan pengembangan vertikal.
Dapat disimpulkan bahwa
pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan
terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tmbuh dan berkembang
secara selaras. Perkembangan dimaksud mencakup yang bersifat horizontal(yang
menciptakan kesimbangan) dan yang bersifat vertikal(yang menciptakan ketinggian
martabat manusia).
2.
Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap
dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan jika ada
unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi
kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun dimensi
afektif didominasi oleh pengembangan dimensi kognitif. Pengembangan yang tidak
utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang buruk atau pincang. Perkembangan yang
seperti ini merupakan pengembangan yang patologis.
sumber:
Tirtarahardja, U. & Sulo, S. L. L. 2005. PEGANTAR PENDIDIKAN. Jakarta: PT. Rineka Cipta