• About
  • Contact
  • Submit Article

Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum Part 2

 on Monday, October 24, 2016  

Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum Part 2



Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum

1.         Landasan Sosiologis Pengembangan Kurikulum
Landasan sosial dalam pengembangan kurikulum merupakan kajian sosial masyarakat yang akan dikembangkan. Ruang lingkup kajiannya sangat luas yaitu unrus sosial, budaya, ekonomi, agama, politik, bahkan keamanan. Inti kajiannya merekonstruksi sosial di masa yang akan datang, mengurangi atau memutus budaya yang dianggap tidak mendukung perubahan dang mengembangkan budaya yang dianggap dapat mengakselerasi perubahan.
Abdullah Idi (2007) memberi rambu-rambu tentang tugas para pengembang kurikulum dalam kajian sosiologi, yaitu:
a.    Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang, peraturan, keputusan pemerintah, dan lain-lain.
b.    Menganalisis masyarakat di mana sekolah berada,
c.     Menganalisis syarat dan tuntutan terhadap tenaga kerja, dan
d.    Mengintrepretasi kebutuhan individu dalam ruang lingkup kepentingan masyarakat.

Kajian sosiologi dari sebuah masyarakat dapat ditojolkan dari berbagai aspek dan ditenukan tujuan sesuai dengan harapan masyarakat. Misalnya dalam konteks sosial masyarakat Indonesia yang merindukan kesatuan dan persatuan bangsa, maka kajian sosial yang dikedepankan adalah aspek bhinneka tunggal ika dan bisa diajarkan di sekolah-sekolah.
Kajian budaya dapat digali dari unsur-unsur budaya daerah yang menonjol dan patut dicontoh sehingga menjadi kebanggan budaya nasional. Misalnya untuk menanamkan semangat pantang menyerah, kita dapat mengkaji pepatah orang Makassar yang mengatakan “Sekali Layar Terkembang, Pantang Biduk Surut Ke Pantai”. Sebaliknya jika ingin menanamkan rasa hormat kepada orang tua dan saudara-saudaranya di kampung halaman, maka perlu disampaikan serita tentang Si Malin Kundang yang terkutuk, jadi batu karena tidak mengakui ibu kandungnya setelah ia kaya raya di perantauan. Dengan demikian, dalam kajian budaya harus memiliki landasan kuat untuk mengembangkan budaya baik dan sedikit demi sedikit untuk mengikis budaya jelek.
Dari aspek ekonomi, kajian harus diarahkan pada angka angkatan kerja dan pengangguran. Prediksinya harus tepat berdasarkan data demografi. Pemerintah mecanangkan pendidikan menengah kejuruan (SMK) sebagai alternatif terbaik untuk mengurangi beban pengangguran. Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dang mengembangkan sikap profesional sejak dini.
Aspek politik diarahkan pada kaian bentuk demokrasi yang akan dibangun. Penanaman niali demokrasi tidak semudah membalikan telapan tangan, karena memerlukan proses yang panjang dan penyadaran terintegrasi.
2.         Landasan Organisatoris Pengembangan Kurikulum
Landasan organisasi terkait dengan model kurikulum yang akan dikembangkan dengan memperhatikan kajian sosial, budaya, dan politik. Pada kurikulum sebelum 2006, kita menerapkan organisasi kurikulum yang bersifat sentralistik yaitu semua perangkat kurikulum dikembangkan di tingkat pusat. Setelah tahun2006 organisasi kurikulum melimpah di sekolah yang kemudian kita kenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikuluk 2013, ada kecenderungan untuk kembali ke sentralisasi. Indikator sentralitas Kurikulum 2013 antara lain:
a.         Silabus setiap mata pelajaran telah dibuatkan oleh pemerintah pusat, padahal sebelumnya dibuat oleh guru.
b.         Guru hanya boleh menggunakan satu buku paket yang telah disiapkan oleh pemerintah pusat, sehingga akan terjadi keseragaman di seluruh tanah air.
c.          Guru harus menggunakan satu pendekatan pembelajaran saja yaitu pendekatan saintifik.
d.         Sistem evaluasi belajar diatur ketat oleh pusat. Keseragaman bentuk laporan hasil belajar peserta didik dan masih adanya Ujian Nasional adalah indikator sentralisasi kurikulum.

Tim pengembang kurikulum harus mengetahui tentang model-model pengembangan kurikulum. Sukmadinata (2002) menyebutkan beberapa model pengembangan kurikulum yang dikenal luas yaitu The Administrative Model, the Grass Root Model, Beauchamp’s System, dan The Demonstration Model. The Administrative Model disebut juga model top down yaitu kurikulum dikembangkan dari atas (sentralistis) dan mengangkat administrator pendidikan serta menggunakan prosedur administrasi. Administrator pendidikan membentuk suatu komisi yang beranggotakan pejabat pendidikan dan para ahli kurikulum dengan tugas merencanakan, mengembangkan, dan mengevaluasi pelaksanaan kurikulum. The Grass Roots Model yaitu model yang kebalikan dari model administrative. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum berasal dari guru-guru atau sekolah. Model grass roots ini berkembang dalam sistem desentralisasi pendidikan. Pengembangan kurikulum model grass roots akan lebih baik, bila guru-guru memiliki kompetensi yang memadai, sekolah memiliki fasilitas yang lengkap, dan sekolah memiliki potensi pembiayaan penyelenggaraan pendidikan yang relatif leluasa. Beauchamp’s System ini memiliki lima langkah pengembangan, yaitu (a) menetapkan lingkup wilaya pengembangan; (b) menetapkan personalia; (c) menetapkan organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum; (d) implementasi kurikulum yakni melaksanakan kurikulum yang membutuhkan kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, di samping kesiapan manajerial, dan; (e) evaluasi kurikulum. Demonstration Model merupakan model pengembangan kurikulum yang digagas oleh beberpa guru yang bekerja sama dengan ahli kurikulum. Kerjasama mereka dimaksudkan untuk mengadakan perbaikan bail sebagian maupun keseluruhan dari komponen kurikulum.
Wina Sanjaya (2008) mengajukan lima prinsip pengembangan kurikulum yaitu prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efektivitas, dan efisiensi. Abdullah Idi (2007) menambah satu prinsip lainnya yaitu harus berorientasi pada tujuan.
Prinsip relevansi yaitu prinsip penyelerasan baik secara internal maupun eksternal. Relevansi internal yaitu penyelarasan antar komponen kurikulum seperti tujuan, bahan, strategi, pengelolaan, dan evaluasi. Relevansi eksternal yaitu penyelerasan kurikulum dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat (sosiologis), tuntutan dan kebutuhan peserta didik (psikologis),  dan tuntutan serta kebutuhan ilmu pengetahuan dan tekonologi (epistimologi).
Prinsip fleksibilitas yaitu mengembangkan kurikulum yang bersifat luwes. Artinya bersifat lentur ketika dibutuhkan perbaikan strategi dan metode pada saat implementasi kurikulum  untuk mengoptimilkan hasil yang akan diperoleh.
Prinsip kontinuitas yaitu prinsip kesinambungan antar jenjang pendidikan. Dalam Kurikulum 2013 , prinsip ini ditonjolkan dalam gradasi Kompetensi Inti dari kelas rendah sampai kelas tinggi. Kesinambungan juga bersifat kewilayahan yaitu bersinambungan dari lingkup lokal, regional, nasional, dan dunia.
Prinsip efisiensi yaitu mengusahakan agar dalam penggunan waktu, biaya, dan sumber-sumber lainnya sehemat mungkin dengan hasil yang optimal. Pemborosan biasanya terjadi oleh karena alur birokratis yang terlalu rumit, memilih barang dan jasa yang tidak berkualitas, dan tidak berkesinambungan dalam program.

Prinsip efektifitas adalah prinsip yang mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan dengan tepat baik secara kuantitas maupun kualitas. Kasus yang tidak efektif adalah program sertifikasi guru. Guru yang telah melalui proses pelatihan sertifikasi seharusnya berpengaruh signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan, namun sampai saat ini belum terlihat efektifitasnya. Selain itu, implementasi sertifikasi guru telah memberi rekomendasi terhadap guru yang mismatch (tidak relevan antara keahlian denga tugas mengajarnya) untuk menjadi guru profesional di bidang yang tidak dikuasai oleh guru.

Untuk materi sebelumnya bisa klik Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum Part 1 
sumber:
Yani, A. 2014. MINDSET KURIKULUM 2013. Bandung: Alfabeta.

Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum Part 2 4.5 5 Kuingin Baca Monday, October 24, 2016 Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum Part 2 Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum Part 2 1.          Landasan Sosiologis Pengembangan Kurikulum Landasan sosial dal...


Kuingin Baca